Gangguan Besar pada Cloudflare Mengguncang Internet Global

KabarKabari,- Pada Selasa, 18 November 2025, dunia daring diguncang oleh gangguan teknis besar-besaran yang berasal dari jaringan penyedia infrastruktur internet dan keamanan global, Cloudflare. Gangguan ini memicu tumbangnya sejumlah layanan dan situs besar, sehingga menimbulkan sorotan atas kerentanan sistem digital yang selama ini dianggap mapan.

Kronologi Kejadian

Menurut laporan dari Reuters, gangguan mulai muncul sekitar pukul 6:40 a.m. ET (sekitar pukul 18:40 WIB/Waktu Singapura) ketika Cloudflare mendeteksi adanya “internal service degradation” pada jaringannya.
Tak lama setelah itu, pengguna di berbagai belahan dunia mulai dihadapkan pada pesan kesalahan seperti “internal server error on Cloudflare’s network”. Laporan itu ditegaskan pula oleh pengguna melalui situs pelacak gangguan seperti DownDetector.

Cloudflare kemudian menyampaikan bahwa penyebab awal gangguan adalah lonjakan “unusual traffic” yang mulai tercatat sekitar 11:20 UTC (sekitar 19:20 WIB) — lonjakan tersebut memicu terjadinya error pada sebagian jalur lalu lintas jaringan yang melalui layanan mereka.

Tidak lama kemudian, sejumlah layanan mulai kembali normal setelah perbaikan dilakukan. Cloudflare mengonfirmasi bahwa sebuah fix telah diterapkan dan bahwa insiden telah “dinyatakan resolved”, meskipun perusahaan menegaskan masih memonitor agar semua layanan benar-benar pulih.

Layanan-yang Terpengaruh

Dampak gangguan ini sangat luas, meliputi platform media sosial, aplikasi AI, hingga layanan pemerintah dan perusahaan besar:

  • X (dulu Twitter) — ribuan laporan gangguan tercatat di Amerika Serikat.
  • ChatGPT dari OpenAI — turut terdampak oleh lumpuhnya infrastruktur yang dipakai.
  • Layanan lain seperti Canva, Grindr, bahkan situs sekuritas, transportasi seperti NJ Transit, hingga mesin pencari film seperti Letterboxd juga dilaporkan terdampak.

Penyebab & Pernyataan Perusahaan

Menurut analisis yang dipublikasikan oleh Financial Times, root-cause gangguan bukanlah serangan siber eksternal, melainkan sistem yang “crash” akibat sebuah file konfigurasi otomatis untuk mengelola lalu lintas ancaman yang tumbuh melewati ukuran yang diperkirakan.

Cloudflare menegaskan bahwa tidak ada indikasi bahwa insiden tersebut disebabkan oleh aktivitas jahat atau peretasan.

Dampak dan Implikasi

Gangguan ini kembali memperlihatkan betapa terkonsentrasinya infrastruktur internet global pada sejumlah perusahaan besar. Analis keamanan seperti Prof. Alan Woodward menyebut Cloudflare sebagai “gatekeeper” internet — ketika satu bagian dari sistem itu bermasalah, efeknya terasa luas dan cepat.

Dalam aspek pasar modal, saham Cloudflare dilaporkan turun sekitar 3-5 % pada perdagangan pra-pasar sebagai respon terhadap insiden ini.

Untuk Pengguna dan Pelaku Industri

Bagi pengguna biasa, gangguan seperti ini berarti layanan yang dianggap “selalu online” bisa terputus tanpa peringatan — mengingat banyak aplikasi besar menggantungkan diri pada infrastruktur pihak ketiga.
Bagi pelaku industri TI dan pengembang layanan online, insiden ini menjadi pengingat kuat bahwa mitigasi risiko pusat tunggal (single point of failure) dan diversifikasi penyedia layanan infrastruktur sangatlah penting.

Meski insiden telah ditangani dan sebagian besar layanan kembali normal, pertanyaan besar tetap ada: bagaimana kesiapan global dalam menghadapi kegagalan infrastruktur inti dan apakah langkah-langkah pencegahan ke depan sudah memadai. Gangguan yang menimpa Cloudflare pada 18 November 2025 bukan sekadar “mati sebentar” — melainkan alarm bahwa internet modern, meski tampak mulus dari luar, memiliki titik rentan yang bisa menyentak jutaan pengguna sekaligus.

More From Author

Obat Antioksidan: Cara Kerja, Manfaat, dan Fakta yang Perlu Diketahui

Kronologi Penikaman oleh Oknum TNI AU di Makassar: Dugaan Perselingkuhan & Penahanan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *