Nessie Judge Dikecam Setelah Tampilkan Foto Junko Furuta di Konten Bersama NCT Dream, Trending hingga ke Jepang

KabarKabari,- YouTuber Indonesia Nessie Judge menuai kritik tajam setelah video kolaborasinya dengan grup K-Pop NCT Dream untuk konten bertema Halloween menampilkan foto Junko Furuta, korban pembunuhan keji yang terjadi di Jepang pada 1988. Foto tersebut digunakan sebagai dekorasi dinding, dengan mata ditutupi garis hitam seolah menjadi elemen estetika horor.

Unggahan itu dipublikasi di YouTube pada awal November 2025 dan merupakan bagian dari rangkaian program Halloween bertema #Nerror yang dikenal sebagai konten misteri di kanal Nessie Judge. Namun, justru elemen visual yang dipilih dalam video itu memicu kemarahan publik, terutama dari pengguna media sosial Indonesia dan Jepang.

Reaksi keras bermunculan karena penggunaan foto korban kasus kriminal nyata dianggap sebagai tindakan yang tidak etis dan tidak menghormati martabat korban serta keluarganya. Nama “Junko Furuta” bahkan menjadi trending topic nomor satu di Indonesia, kemudian menyebar ke Jepang dan sejumlah negara lain yang menaruh perhatian pada isu privasi korban kejahatan.


Publik Jepang Turut Mengecam: “Ini Masalah Internasional”

Di platform X (Twitter), ribuan komentar bermunculan, sebagian besar berasal dari pengguna Indonesia, namun banyak pula yang dituliskan oleh pengguna Jepang. Dalam sejumlah komentar, netizen menilai tindakan Nessie bukan sekadar kesalahan teknis, tetapi pelanggaran etika terhadap korban kriminal yang traumatis.

Salah satu komentar dari pengguna Jepang menuliskan:

“Banyak orang Jepang tidak akan memaafkan tindakan ini. Menggunakan foto korban sebagai dekorasi horor adalah pelecehan terhadap korban dan keluarganya. Ini bukan konten hiburan.”

Komentar lain yang viral menegaskan bahwa kesalahan ini dianggap serius:

“Ini bukan sekadar kesalahan. Ini sangat tidak menghormati korban. Bahkan Wikipedia Jepang tidak menampilkan foto wajah Junko Furuta untuk melindungi privasi. Kami tidak akan melupakan ini.”

Tagar terkait seperti #NessieJudge, #JunkoFuruta, dan #NCTDream melesat naik di berbagai negara. Beberapa fans K-Pop juga mengungkapkan kekecewaan karena video itu turut menyeret nama NCT Dream ke dalam kontroversi etika yang sama sekali tidak terkait dengan mereka.


Konten Singkat, Dampak Panjang: Kenapa Foto Junko Furuta Dianggap Bermasalah?

Kasus Junko Furuta dikenal sebagai salah satu tragedi kejahatan paling sadis dalam sejarah Jepang modern. Banyak media internasional menyebut kasus ini sebagai “The Concrete Murder Case.” Furuta mengalami penculikan, penyiksaan, dan kekerasan berulang selama 44 hari sebelum akhirnya meninggal.

Karena tingkat kekejaman kasus tersebut, banyak platform berita dan publikasi resmi tidak menampilkan foto asli Junko sebagai bentuk penghormatan. Bahkan di Wikipedia versi Jepang, foto wajah korban tidak ditampilkan.

Ketika Nessie Judge menggunakan foto tersebut sebagai dekorasi horor, publik menilai tindakan itu telah:

  • Menjadikan korban kejahatan sebagai “props” dalam konten hiburan,
  • Mengabaikan sensitivitas budaya dan trauma publik Jepang,
  • Melanggar etika privasi, terutama karena korban telah meninggal dalam tragedi kriminal yang sangat sensitif.

Konten “true crime” memang tengah populer di internet, tetapi etika penggunaan gambar korban menjadi hal yang sangat diperhatikan di komunitas internasional.


Nessie Judge Minta Maaf Secara Publik

Setelah kecaman semakin besar, Nessie Judge akhirnya menghapus video tersebut dari semua platform. Ia juga mengunggah pernyataan maaf dalam Bahasa Indonesia, Inggris, dan Jepang. Ia menegaskan bahwa video sudah diturunkan setelah memahami konteks kesalahan tersebut.

Dalam unggahannya, Nessie menyampaikan:

“Apa yang kami pikir sebagai bentuk penghormatan, ternyata dengan benar dikoreksi oleh semua orang sebagai tindakan yang tidak sopan dan tidak sensitif. Kami sangat menyesal atas kurangnya penilaian kami.”

Ia menambahkan bahwa setelah mengetahui reaksi publik dan memahami konteks kasus Junko Furuta, ia langsung menarik video tersebut:

“Kami duduk bersama tim untuk merenungkan tindakan kami. Meski ini tidak bisa menghapus apa yang terjadi, ketahuilah bahwa kami belajar dan berkomitmen memperbaiki proses kami.”

Nessie juga menuliskan permintaan maaf langsung kepada keluarga korban dan publik Jepang:

“Kami dengan tulus meminta maaf kepada korban, keluarga korban, para penonton, dan semua pihak.”

Sejumlah netizen mengapresiasi permintaan maaf Nessie, namun sebagian lainnya menilai bahwa permohonan maaf tidak cukup karena dampaknya sudah terlanjur luas, terutama bagi komunitas Jepang yang masih menyimpan trauma kolektif atas kasus itu.


Fans NCT Dream Terimbas Meski Tidak Bersalah

Walaupun NCT Dream hanya hadir sebagai tamu dalam konten tersebut dan bukan pihak yang menentukan dekorasi, nama mereka ikut terseret dalam perbincangan di media sosial. Penggemar NCT Dream (NCTzen) ramai-ramai mendesak agar nama grup tidak dikaitkan dengan kontroversi ini.

Pihak SM Entertainment dan NCT Dream belum memberikan pernyataan resmi, tetapi sejumlah fans menegaskan bahwa grup hanya menjalankan peran sebagai talent dan tidak memiliki kendali atas proses produksi.

Tampak jelas bahwa kesalahan ini berdampak lintas fandom dan lintas negara.


Pelajaran Penting untuk Kreator Konten dan Brand Kolaborasi

Insiden ini menjadi pembelajaran bagi seluruh kreator digital, terutama yang bermain di ranah true crime dan konten internasional. Beberapa poin penting yang ditegaskan warganet:

  • Foto korban kejahatan bukan bahan dekorasi konten.
  • Sensitivitas budaya sangat penting dalam kolaborasi global.
  • Riset dan etika produksi konten merupakan tanggung jawab kreator, bukan penonton.

Pengamat media menyebut bahwa di era digital, sebuah kesalahan kecil dapat menjadi skandal internasional hanya dalam hitungan jam.

Dosen Kajian Multimedia di salah satu universitas Jakarta menilai:

“Kesalahan visual dalam produksi konten, apalagi yang menyangkut korban kriminal nyata, bisa berdampak pada reputasi kreator dan brand yang terlibat.”


Kontroversi yang melibatkan Nessie Judge dan NCT Dream menjadi pengingat bahwa kreativitas dalam produksi konten harus tetap memperhatikan:

✅ etika,
✅ sensitivitas budaya,
✅ dan penghormatan terhadap korban kejahatan.

Video boleh terhapus, tetapi jejak digital dan dampak emosional tetap ada. Kolaborasi internasional menuntut standar profesional dan riset yang lebih mendalam, sehingga tidak terjadi kesalahan fatal yang dapat melukai pihak lain.

More From Author

Nekat! Calon Pengantin di Kendal Kabur Bersama Mantan Pacar Jelang Ijab Kabul

Balita Bilqis Dijual Berantai oleh Sindikat Perdagangan Anak hingga Rp80 Juta — Polisi Bongkar Jaringan dari Makassar ke Jambi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *