
KabarKabari,- Pagi ini, Ahad 2 November 2025, pukul 07.30 WIB, dunia keraton Jawa khususnya di Keraton Surakarta berduka. Raja Keraton Surakarta, Sri Susuhunan Pakubuwono XIII (PB XIII), telah wafat di Rumah Sakit Indriati, Solo Baru, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Pernyataan tersebut disampaikan melalui saluran resmi keluarga keraton.
Penyakit dan Perawatan
Menurut pernyataan adik kandungnya, Gusti Kanjeng Ratu Koes Moertiyah Wandansari (GKR Moeng), PB XIII telah menjalani perawatan intensif sejak awal September 2025. Beliau mengalami sakit setelah rangkaian upacara Adang Tahun Dal yang berlangsung pada 7 September dan diikuti oleh tradisi Kembul Bujana (8 September). “Beliau sudah dirawat sejak habis upacara Adang Tahun Dal itu… Jumatnya masuk rumah sakit sampai sekarang, sampai wafat pagi ini,” ujarnya.
Informasi ini menegaskan bahwa kondisi kesehatan PB XIII memang menurun sejak akhir ritual adat tahunan keraton, dan pihak keluarga serta keraton memilih untuk menjaga privasi selama masa perawatan.
Biografi Singkat
– Lahir di Surakarta pada 28 Juni 1948, sebagai putra tertua dari PB XII.
– Nama lahirnya adalah Gusti Raden Mas Suryadi; semasa kecil sering sakit, sehingga kemudian diganti menjadi Gusti Raden Surya Partana.
– Gelar kebangsawanan: Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Hangabehi sebelum naik takhta.
– Naik takhta pada 2004 menggantikan ayahnya, yang memimpin selama 59 tahun sejak 1945.
Dalam kepemimpinannya, PB XIII berfokus pada pelestarian budaya Jawa dan revitalisasi kawasan keraton, termasuk proyek besar penataan Alun-alun Utara dan Selatan dengan anggaran ±Rp 35 miliar.
Dinamika Kepemimpinan & Keluarga
Masa awal kepemimpinannya sempat diwarnai dualisme internal: dirinya dan saudara kandungnya KGPH Tedjowulan sempat berseteru terkait hak takhta, namun rekonsiliasi tercapai pada 2012. Dengan pengesahan, KGPH Hangabehi resmi menjadi Pakubuwono XIII.
PB XIII memiliki dua putra dan lima putri dari tiga pernikahan berbeda:
- Dari pernikahan pertama: tiga putri (GKR Timoer, GRAy Devi Lelyana Dewi, GRAy Ratih Widyasari)
- Pernikahan kedua: tiga anak (KGPH Mangkubumi yang kemudian berganti nama KGPH Hangabehi; GRAy Sugih; GRAy Putri Purnaningrum)
- Dari permaisuri ketiga: seorang putra, GRM Suryo Aryo Mustiko atau KGPH Purbaya, yang ditetapkan sebagai pewaris tahta dalam acara Tingalan Dalem Jumenengan 27 Februari 2022.
Proses Pemakaman & Tradisi Keraton
Jenazah akan disemayamkan di Keraton Surakarta sebelum dimakamkan sesuai tata upacara adat keraton. Pihak keluarga dan keraton menyatakan akan memberikan keterangan pers resmi pada pukul 10.00 WIB di Keraton Surakarta.
Dalam tradisi Kasunanan Surakarta, pemakaman seorang Susuhunan melibatkan serangkaian ritual adat yang ketat dan sakral. Seluruh proses mulai dari semayamkan, kirab, hingga pemakaman akan dilaksanakan dengan penuh penghormatan terhadap warisan budaya.
Warisan dan Makna
Kepemimpinan PB XIII dipandang sebagai jembatan antara tradisi keraton Jawa dan dinamika modernitas. Dengan proyek-revitalisasi kawasan keraton dan upaya menjaga ritual-adat, beliau berupaya mempertahankan relevansi Keraton Surakarta dalam era kontemporer.
Wafatnya beliau turut mengundang refleksi atas peran keraton dalam identitas budaya Jawa, sekaligus tantangan bagi generasi penerus untuk menjaga kesinambungan. Penunjukan KGPH Purbaya sebagai pewaris menunjukkan kesiapan internal keraton dalam melanjutkan estafet kepemimpinan.
Dengan berlalunya Sri Susuhunan Pakubuwono XIII, Keraton Surakarta kehilangan sosok yang selama puluhan tahun menjaga marwah dan tradisi keraton. Namun, dengan pewarisan yang telah dipersiapkan dan tradisi yang kuat, kesinambungan institusi dan budaya keraton tetap terjaga.
Kami menyampaikan duka cita mendalam atas meninggalnya beliau, dan berharap seluruh proses adat pemakaman berjalan dengan khidmat dan penuh penghormatan.
