KabarKabari,- Perjalanan Timnas Indonesia untuk menembus panggung final Piala Dunia 2026 harus kandas di babak ke-empat Kualifikasi Zona Asia. Dengan catatan kekalahan dari Arab Saudi national football team (2-3) dan Irak national football team (0-1), skuad Garuda menutup kompetisi sebagai juru kunci Grup B, dan memupus mimpi tampil di turnamen dunia tahun depan.
Dalam kisah tersebut, peran dua pelatih menjadi titik sorotan: Shin Tae-yong yang menangani selama lima tahun sejak 2020, lalu tongkat estafet berpindah ke Patrick Kluivert mulai Januari 2025. Bagaimana rapor mereka? Berikut ulasannya.
Era Shin Tae-yong (2020 – Januari 2025)

Shin Tae-yong mengambil alih jabatan pelatih kepala Timnas Indonesia pada tahun 2020. Dampak pandemi Covid-19 memang sempat membuat awal kiprahnya kurang memuaskan, di mana Indonesia kalah dari Vietnam national football team (0-4) dan Uni Emirat Arab national football team (0-5) dalam sisa kualifikasi Piala Dunia 2022.
Namun semakin berjalan waktu, Shin mulai menunjukkan hasil yang layak diapresiasi:
- Di Piala Asia 2023, Indonesia berhasil menembus babak gugur untuk pertama kalinya.
- Di level U-23, tim muda Indonesia juga tampil menjanjikan di Piala Asia U-23 2024.
- Selama lima tahun menangani senior, catatannya adalah: 57 pertandingan resmi, dengan 26 kemenangan, 14 hasil imbang, dan 17 kekalahan. Rata-rata poin per laga mencapai 1,61.
Meski demikian, dalam konteks kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia, Shin memimpin di ronde ketiga dengan enam laga — hasil: satu kemenangan, dua imbang, dan tiga kekalahan.
Secara umum, era Shin bisa dikatakan sebagai periode “pembenahan” dan peningkatan capaian — dari tim yang sulit lolos babak pool, menjadi tim yang bisa bersaing di level Asia lebih tinggi.
Era Patrick Kluivert (Januari 2025 – Oktober 2025)

Pada Januari 2025, Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) menunjuk Patrick Kluivert sebagai pelatih kepala Timnas Indonesia, menggantikan Shin Tae-yong.
Ekspektasi pun besar: gaya “Eropa” yang dibawa Kluivert—termasuk filosofi total football—diharapkan membawa lompatan kualitas bagi Garuda. Namun kenyataannya berjalan berbeda. Beberapa data penting:
- Dari 8 pertandingan di semua ajang sejak Januari hingga Oktober 2025: 3 kemenangan, 1 imbang, 4 kekalahan.
- Produk gol: Timnas mencetak 11 gol dari 8 laga, namun kebobolan 15 gol—rata-rata kebobolan hampir 2 kali per pertandingan pada era Kluivert.
- Di putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026: kekalahan dari Arab Saudi 2-3 dan Irak 0-1 memastikan kegagalan lolos.
Akhirnya, PSSI melalui keputusan bersama mengakhiri kerja sama dengan Kluivert secara “mutual termination” pada pertengahan Oktober 2025.
Perbandingan Cepat: Shin vs Kluivert
| Aspek | Shin Tae-yong | Patrick Kluivert |
|---|---|---|
| Durasi kepemimpinan | ±5 tahun (2020-Jan 2025) | Kurang dari 1 tahun (Jan-Okt 2025) |
| Catatan resmi senior | 57 pertandingan, 26 menang – 14 imbang – 17 kalah, rata-rata 1,61 poin/lag | 8 pertandingan, 3 menang – 1 imbang – 4 kalah, rata-rata ~1,25 poin/lag |
| Kapasitas pencapaian | Lolos babak gugur Piala Asia, mencapai ronde 3 kualifikasi Piala Dunia | Gagal lolos babak putaran keempat, posisi juru kunci grup |
| Catatan era kualifikasi 2026 | Enam laga di ronde semua: satu menang, dua imbang, tiga kalah | Beberapa laga negatif (0-6 vs Jepang, 1-5 vs Australia) dan kekalahan kritis di ronde keempat |
Dari tabel di atas, jelas bahwa era Shin secara statistik lebih stabil dan “membangun” dibanding era Kluivert yang relatif singkat dan penuh tantangan.
Analisis dan Implikasi
Kegagalan Timnas Indonesia lolos ke Piala Dunia 2026 menimbulkan beberapa catatan penting:
- Transisi pelatih yang tergesa-gesa
Penggantian Shin dengan Kluivert di tengah proses kualifikasi menjadi kontroversi. Walau Shin sudah menghasilkan kemajuan, PSSI memilih reshuffle untuk mempercepat pencapaian target. - Ekspektasi vs realita
Ambisi besar terhadap Kluivert ternyata sulit diwujudkan dalam tempo singkat. Adaptasi tim, kultur, dan gaya Eropa belum menunjukkan hasil jangka pendek yang memadai. - Masalah keberlanjutan strategi
Era Shin menunjukkan upaya pembenahan jangka panjang: tim muda, diaspora, naturalisasi pemain. Era Kluivert lebih terfokus hasil cepat, namun waktu terbatas dan tekanan tinggi. - Sumber daya dan kompetisi Asia yang keras
Asia kini memiliki tim-tim seperti Arab Saudi, Jepang, Australia, Irak yang semakin kompetitif. Untuk bersaing, Timnas Indonesia butuh persiapan structural — bukan hanya pergantian pelatih. - Poin penting untuk masa depan
- Perbaikan sistem pembinaan usia muda dan integrasi ke tim senior tetap harus digenjot.
- Konsistensi kepelatihan menjadi kunci. Rencana jangka menengah-panjang lebih realistis daripada target instan.
- Ekspektasi masyarakat perlu diselaraskan dengan realitas: tidak hanya lolos turnamen besar, namun proses menuju sana juga harus diperkuat.
Era Shin dan era Kluivert bagi Timnas Indonesia seperti dua bab dalam satu cerita: bab pertama (“pembenahan”) berjalan dalam tempo panjang dan berkelanjutan; bab kedua (“percepatan”) dilakukan dalam tempo singkat dan penuh tantangan — namun tak menghasilkan target akhir.
Meskipun harapan besar menempel pada tim Merah-Putih, kenyataan bahwa tiket Piala Dunia 2026 tetap luput membuat evaluasi mendalam tak terhindarkan. Langkah selanjutnya — baik dari aspek pelatih, strategi, pembinaan pemain, dan struktur federasi — akan sangat menentukan apakah Indonesia bisa naik ke level yang lebih kompetitif di Asia dan dunia.
